Nyatakanlah Welas Asihmu Dalam Tindakan


Selamat Datang di ANJALI
Dengan sikap ANJALI _/\_ dan dengan segala rasa hormat saya ucapkan selamat datang di blog ANJALI ini. Semoga ANJALI bisa memberikan manfaat kepada Bapak/Ibu dan Saudara/i Sedharma.

Uang dan Kerikil


Pada suatu hari di sebuah areal pembangunan sebuah gedung besar, seorang bos kontraktor tengah berada di lantai atas gedung. Ia merasa ada sesuatu miliknya ketinggalan di lantai bawah. Ia melihat seorang buruh bangunan sedang mengebor, sehingga menimbulkan suara yang sangat bising. Sang kontraktor memanggil buruh beberapa kali untuk mengambilkan barangnya tersebut, namun buruh itu tidak mendengarnya karena suara bor yang terlalu keras.

Sang kontraktor memutar otak, ia memikirkan berbagai cara untuk memanggil buruh itu. Akhirnya ia mendapatkan ide, ia akan melemparkan benda ke bawah, agar buruh tersebut dapat melihat ke atas. Pertama-tama ia melemparkan uang 10 ribu rupiah ke bawah, dan mengenai bahu sang buruh. Buruh itu melihat uang itu dan langsung memasukkannya ke kantongnya dengan senyum penuh kemenangan.  

Merasa tak puas, kontraktor melemparkan uang 100 ribu rupiah ke bawah, dan mengenai buruh itu. Sambil tertawa terbahak-bahak, sang buruh memungut uang itu dan memasukkannya ke dalam kantongnya. Bos kontraktor pun menjadi gerang, ia heran mengapa buruh itu tidak mau melihat ke atas, ke arah uang itu jatuh. Akhirnya dengan penuh amarah, ia melemparkan kerikil kecil ke arah buruh, dan mengenai helmnya. Buruh itu pun marah, mencari-cari siapa pelempar kerikil dan melihat ke arah atas. Akhirnya buruh pun dapat melihat sang kontraktor.

Saudara-saudara terkasih, begitulah sifat kita manusia pada umumnya. Kita biasanya lupa akan Tuhan sewaktu memperoleh rezeki dan berkah. Kita menganggap adalah hal yang biasa jika kita memperoleh berkah dan sebaliknya menganggap ada yang salah jika kita mendapatkan masalah. Hal ini membuat kita hanya ingat Tuhan sewaktu kita dalam masalah. Bahkan kita sering mengutuk Tuhan, dengan menyatakan Tuhan tidak adil lah, tidak sayang terhadap umatNya lah, murka lah, atau dengan penilaian negatif lainnya seaktu kita menderita. Padahal berkah yang kita dapatkan selama ini melebihi penderitaan yang kita alami. Kita sudah membuat Tuhan susah menjadi Tuhan.

Manusia cenderung fokus ke penderitaan daripada kebahagiaan. Seperti sabda sang Buddha, kebahagiaan beratus-ratus hari dihapuskan oleh  penderitaan beberapa hari. 365 hari setahun, 363 hari sehat, 2 hari sakit keras, kita sudah tidak bisa berbahagia lagi. Begitulah kita sebagai manusia, sangat lucu juga dipikir-pikir dengan logika.

Marilah kita belajar untuk menjadi seorang manusia yang selalu bersyukur atas rahmat kasih Tuhan yang berlimpah ruah. Tuhan telah menganugerahkan berbagai hal untuk kita anak-anakNya agar kita dapat berbahagia. Namun kita seringkali tidak menyadari hal itu, karena kita menganggapnya adalah hal yang BIASA. Mari kita ganti pandangan tersebut, dari BIASA menjadi LUAR BIASA.

Coba kita pelajari keajaiban-keajaiban alam yang ada di sekitar kita. Cahaya matahari yang menyinari bumi tanpa mengeluh, cahaya rembulan menemani kita kala malam tiba, semilir angin yang senantiasa menyapa kita dengan lembut, gemerlap bintang bagai mata sang Bunda, langit biru melukiskan lapangnya jiwa Bunda yang selalu memaklumi kelemahan dan kesalahan kita. Ini semua adalah perwujudan kasih Tuhan yang tiada batas buat kita melalui alam semesta. Di manakah kita melihat kasih alam yang berlimpah? Belajarlah melihat kasih alam, maka kita akan melihat betapa berlimpahnya kasih Tuhan kepada kita. Untuk itu, mulailah hari dengan syukur dan syukur.

Lalu bagaimana jika kita tengah menghadapi cobaan, penderitaan, dan masalah? Satu hal yang harus diingat adalah Tuhan selalu bersama kita dalam kondisi apa pun, tak peduli saat kita berada di mana saja, kapan saja, Tuhan menemani kita dengan kasihNya. Lagipula melalui masalah, Tuhan ingin kita tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Tuhan ingin kita memetik buah-buah kebijaksanaan dari kebun penderitaan yang kita miliki. Kita tidak akan pernah maju jika tidak pernah gagal dan ingatlah tidak ada orang sukses yang tidak pernah gagal. Thomas Alfa Edison saja butuh beratus-ratus kali percobaan sebelum akhirnya menciptakan bola lampu.

Jadi, mari kita melihat uang dan kerikil itu sebagai cahaya kasih Tuhan yang tak pernah padam.  Insafilah bahwa Tuhan selalu menemani kita kapan pun dan di mana pun. Asalkan kita tulus membuka hati untukNya, maka cahaya kasih Bunda akan menyinari jiwa kita. Hidup kita pun akan bahagia selamanya.
Uang dan kerikil adalah dualitas dunia, pandanglah sebagai kasih Tuhan yang tak pernah padam kepada kita anak-anaknya agar kita dapat berkembang dalam kasih dan kearifan sehingga dapat berbahagia selamanya
Hidup ini adalah pilihan. Begitu juga dengan kebahagiaan, kita sendirilah yang memilih untuk berbahagia dalam setiap kejadian.

Salam nurani dalam kasih Tuhan yang abadi.

>>>>Di kutip dari ceramah Pdt. Halim Zen Bodhi <<<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar